Senin, 30 April 2012

Wacana Neolib dan Demokrasi

WACANA“NEOLIB=DEMOKRASI”
Oleh :Deman Huri Gustira


Pemilihan presiden akan dilaksanakan pada tanggal 8 juli 2009. Para calon sudah menyampaikan visi dan misinya ke publik, Menarik isu yang di angkat lebih berbau sedikit “ideologis”, daripada pilpres tahun 2004.Karena wacana yang diusung adalah wacana faham neolib. Neolib adalah salah satu faham sistem ekonomi yang dianut oleh sebagian negara di dunia ini.
Awalnya,wacana ini hanya konsumsi para aktivis mahasiswa dan LSM yang beraliran kiri saja. Pada pilpres tahun 2009 isu anti neolib bukan hanya konsumsi para aktivis kiri, tetapi sudah masuk dalam ranah politik elit yaitu calon presiden dan wakil Presiden.
Pasca runtuhnya rezim Soekarno kata neolib masih sangat tabu bagi elit politik di tingkat nasional karena sudah dipastikan yang menggunakan wacana anti neolib secara tidak langsung akan berhadapan dengan Negara.
Karena orang-orang yang anti neolib adalah mereka pada umumnya menganut faham sosilis,komunis ataupun Islam dan aliran keagaam lainya,yang memang bertentangan dengan faham negara.
Menariknya, beberapa konsep yang ditawarankan pada kampanye pilres 2009 adalah konsep ekonomi kerakyatan, anti neolib,ekonomi tengah dan lain-lain. Padahal semuanya bermuaranya tetap pada kapitalisme, karena instrument politik kita adalah demokrasi liberal dan ekonominya sedikit liberal.
Inti dari munculnya wacana tersebut, didasarkan pada martabat dan kesejahteraan bangsa Indonesia yang sedang menurun di percaturan politik global. Indonesia yang katanya sangat kaya tetapi tetap terkungkung dalam garis kemiskinan penduduknya. Ini karena negeri ini terjebak dalam melaksanaka sistem ekonomi neolib, sehinga membuat Negara dan rakyat Indonesia kurangb berdaulat secara ekonomi,social dan budaya.
Neolib merupakan salah satu sitem ekonomi , Dimana peran Negara dikurangi, dalam menjalankan aktivitas ekonomi diserakan kepada pasar secara bebas.
Sistem ekonomi neolib dalam pelaksanaanya tidak akan otonom dari sistem politik yang berlaku. Sistem ekonomi neolib membutuhkan instrumen sistem politik yang liberal. Sistem politik inilah yang yang sedang dianut dinegeri ini, sistem hasil reduksi dari sistem demokrasi liberal dari negara-negara yang menganut faham ini.
Sistem ekonomi dan sistem politik tidak bisa berdiri sendiri. Sistem demokrasi yang sangat liberal dipastikan akan menghasilkan sistem ekonomi yang liberal pula. Muara besarnya tertuju pada aliran sistem Kapitalisme.
Sistem politik Indonesia diserahkan begitu saja kepada ”pasar”.Sehingga ada anekdot ,one man one vote,one vote one dollar.(satu orang satu suara,satu suara satu dollar).
Sistem demokrasi liberal yang sangat identik dengan demokrasi ala Erofa dan Amerika yang pernah dikritik oleh soekarno dalam tulisanya yang berjudul demokrasi politik dan ekonomi ” Bukan, - ini bukan demokrasi jang harus kita tiru, bukan demokrasi untuk kita kaum Marhaen lndonesia! Sebab "demokrasi" jang begitu hanjalah demokrasi parlemen sahadja, jakni hanja demokrasi politik saha¬dja. Demokrasi ekonomi tidak ada.
Dalam Pidatonnya yang lain Soekarno berkata” Dan demokrasi-masjarakat? Demokrasi-masjarakat, sosio-demokrasi --, adalah timbul karena, sosio-nasionalisme. Sosio-demokrasi adalah pula demokrasi jang berdiri dengan dua-dua kakinja didalam masjarakat. Sosio-demokrasi tidak ingin mengabdi kepentingan sesuatu gundukan ketjil
sahadja, tetapi kepentingan masjarakat. Sosio-demokrasi bukanlah demokrasi ala Revolusi Perantjis,bukan demokrasi ala Amerika, ala Inggeris, ala Nederland, ala Djerman d.l.l., -- tetapi ia adalah demokrasi sedjati jang mentjari keberesan politik DAN ekonomi, keberesan negeri dan keberesan,rezeki. Sosio-demokrasi adalah demokrasi-politik DAN demokrasi-ekonomi.
Sejarah berdirinya republik ini merupakan antitesa dari gerakan neolib yang intrumenya ada inprialisme.Pendiri republik ini pada umumnya, menganut faham-faham yang sangat bertolak belakang dengan faham neolib baik sistem politik dan ekonominya, yang mereka tawarkan pada awal-awal berdirinya republik ini.
Sebut saja Tan Malaka, Syahrir dengan faham sosialis ,Karto Suwiryo dengan ideologi Islam, Hatta dengan ekonomi koperasinya, Soekarno dengan Ideologi marhaenisme.
Sistem demokrasi yang dianut di republik ini hanya memberi kedaulatan kepada elit politik dan pemodal. Sebagai contoh. ada sebuah Provinsi, menurut hasil penelitian Bapenas dan salah satu lembaga internasional indeks demokrasi terbaik di Indonesia. Namun indeks pembangunan kesejahteraan masyarakatnya terjelek di negeri ini. Ini menunjukan seolah-olah demokrasi yang dibangun di Indonesia tidak ada relasinya dengan kesejahteraan rakyat.
Hal ini disebabkan,sistem demokrasi yang dibangun adalah demokrasi kaum elit bukan demokrasi rakyat. Sistem demokrasinya tidak membuat:rakyat berdaulat secara ekonomi,sosial dan budaya. Sehingga menyebakan rakyat selalu dalam keadaan garis kemiskinan.
Jadi, yang bisa melawan neolib, bukan ajaran ekonomi kerakyatan, bukan juga sistem ekonomi tengah. Tradisi negara-negara didunia yang mampu melawan faham neolib adalah hanya ajaran komunis,sosialis,Islam dan aliran keagamaan lainya.
Sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa Negara di dunia seperti Iran, Kuba, Korea Utara, Vinezuela dan Republik Rakyat Cina. Yang akhirnya, sudah dipastikan sebagai konsekuensinya akan berhadapan dengan Negara adikuasa Amerika dan skutunya yang menganut faham demokrasi liberal. Apakah dalam bentuk perang fisik secara langsung ataupun perang dingin. Seperti yang sedang dihadapi oleh negara-negara tersebut pada saat ini.
Permasalahanya, yang diwacanakan oleh capres dan cawapres sekarang masih belum tegas secara ideologis. Bahkan hampir tidak ada yang berani mengatakan, bahwa mereka menganut salah satu faham tersebut.
Untuk mereduksi faham baru yang benar-benar bisa melawan ajaran neolib baik sistem ekonominya ataupun sistem politiknya belum muncul kepermukaan agar dapat menjadi alternatif pemecahan masalah untuk melawan faham neolib.
Perdebatan yang terjadi antara capres yang saling mendeligitimasi satu sama lain tentang faham neolib . Sebenarnya, hanya perdebatan pada tataran ide saja bukan pertarungan taataran ideologis. Karena pertarungan hanya wacana sistem ekonomi neolib, sementara sistem politik yang merupakan intsrumen neolib tidak pernah diwacanakan dalam perdebatan.
Wacana neolib hanya market politik saja, karena pasti tidak akan berhasil direalisikan ketika mereka menjadi capres ataupun cawapres. Basis perdebatnya adalah hanya tataran ide saja.
Yang ditawarkan dalam pasar kampanye pilpres, hanya akan berhenti sebagai wacana untuk menarik konstituen sebayak-banyaknya sebagai market politik.
Sudah dipastikan sistem ekonomi yang berjalan tetap akan berpihak pada pemodal besar. Karena sistem pasar tidak akan otonom dengan sistem politik yang sangat liberal di negeri ini.
Untuk merubah keadaan ini sebanarnya harus ada perubahan radikal disektor politik dan ekonomi, yang merupakan satu kesatuan. Karena sistem ekonomi dan politik bukan ranah yang berdiri sendiri. Perubahan radikal tersebut harus memuara pada akar budaya bangsa Indonesia. Sehingga rakyat Indonesia berdaulat secara ekonomi,politik dan budaya.